Page

Friday, December 16, 2011

my 16th day at prince john dive resort

Sudah setangah bulan saya menetap di Tanjung Karang atau tepatnya di Prince John (PJ) Dive Resort. Sebuah tempat wisata yang terletak di Kabuparen Donggala. Tempat ini menawarkan pantai yang cantik dengan pasir putih yang berkilauan saat diterpa sinar mentari.
Selama ini saya merasa sangat senang, seya menyebutnya ini sebagai Bekerja, Belajar, dan Berlibur. Betapa saya bisa menimati suasana pantai yang menyenangkan. Menikmati air laut yang bening, berkenalan dengan penghuni Tanjung Karang yang sangat bersahabat. Belum lagi saya dapat belajar bahasa Inggris dengan berbagai wisatawan mancanegara yang berkunjung atau menginap di PJ.
Selama bekerja disini, tentu saja ada hal yang menyenangkan dan mengasikan, atau sangat mengasikan. Seperti halnya pekerjaan lain, tentu kita harus melakukannya dengan baik apalagi pekerjaan yang saya jalani sebagai seorang resepsionis, yah tentu saja harus memberikan pelayanan yang baik dengan semua pengunjung yang terkadang kurang ramah. Yang sangat mengasikannya, seperti yang saya bilang tadi, ini bekerja sambil belajar dan liburan. Betapa saya tidak menjalaninya dengan begitu santai. Tak ada beban, dan semua begitu menyenangkan.
Ini hari ke-16, hari pertama saya mendapatkan tip dari pengunjung asal Jerman (Malu, Reinev, Inggrid, dan Heidi). Tapi yang saya sayangkan diberikan dalam bentuk rupiah bukan dollar atau euro biar bisa dikoleksi (jadi ingat 10 euro yang gak jadi milik saya minggu lalu >.<). But it's Ok!

Friday, December 2, 2011

Hijrah Kecil Dalam Hidupku

Saya pernah tulis sebelumnya mengenai pilihanku yang jatuh menjadi resepsionis di sebuah resort dive yang terletak di Tanjung Karang. Pekerjaannya, layaknya resepsionis pada umumnya, namun entah mengapa hal ini begitu menyenangkan buat saya. Entah apa faktor yang menyebabkan itu? Apakah tempatnya yang memang indah, lingkungan yang nyaman dan tenang, ada pantainya, atau karena keinginan kuat saya untuk belajara bahasa Inggris kepada bule-bule sacra langsung, entahlah!
Setiap orang harus berani menggalkan kehidupan yang sebelumnya. Ini yang saya maknakan sebagai hijrah dalam hidup. Seperti Nabi Muhammad SAW, yang pernah melakukan hinjar dan menemukan kehidupan serta keyakinan yang lebih baik dan kuat. Mungkin kita harus mencontohnya, untuk menemukan hal yang sama.
Bekerja dan tinggal di Tanjung Karang mungkin bagian dari hijra dalam hisupku. Dua bulan hidup di lingkungan baru dengan orang-orang yang sesungguhnya belum saya kenal betul. Namun, saya sudah benar-benar membulatkan niat saya untuk menyelesaikan pekerjaan ini selama dua bulan ke depan.
Saya tidak tahu apa yang akan saya dapatkan di kemudian hari dari bekerja di tempat ini. Namun harapan saya ialah saya benar-benar dapat berbicara dalam bahasa Inggris dengan lancar atau lumayan lancar.
Hijrah, mungkin bisa dilakukan dalam berbagai cara. Berpindah dari satu tempat dan tinggal di tempat yang lain, menurutku itu adalah bagian dari hijrah. Memperbaiki kualitas hidup juga hijra dalam pandanganku. Yang pasti, kita harus melakukan hijrah dalam kehidupan kita. Untuk apa? Untuk menemukan hidup yang lebih baik.
Tinggalkan hidup yang lama bagai cangkang yang ditinggalkan pemiliknya. Carilah cangkang baru yang lebih baik, lebih indah, dan lebih nyaman. Lebih baik karena kualitas hidup kita lebih baik pula. Lebih indah karena hati kita lebih indah pula. Dan lebih nyaman karena jiwa kira tentram dan damai...!!!

(Prince John Dive Resort, 2 Desember 2011)

Sunday, November 27, 2011

Tenaga Administrasi Asuransi Vs Repsesionis Prince John Dive Resort!

Sudah lama kerja sebagai lelaki pengguilan saya tinggalkan (versi kerjaan dari temanku). Kontraklah yang mengakhiri hubungan kami. loo guee aannnddd...!!!
Saya memutuskan untuk tidak akan cari kerja dulu sampai berakhir tahun 2011 ini. Rencanannya, ingin menikami kebebasan sebagai anak muda yang cerah ceria cuco *jiahaha. Tak lama kemudian,  hidup berubah galau. Sms teman saya, yang katanya kantor asuransi tempat sepupunya bekerja butuh satu orang pria berpenampilan menarik, gesit, dan lincah, benar-benar menempatkanku dalam dua pilihan yang membingungkan. Antara si A yang bohai dan Si B yang cute, (ekhhh???) bukan, antar kerjaan dan ingin menikmati hidup (kata menikmati hidup serasa 20 tahun lebih ku penuh penderitaan)
Karen kurang  niat, saya tidak datang saat di hari yang sudah ditentukan dengan alasan saya tidak dihubungi kembali. Well. Besoknya, saya benar-benar dihubungi dan disuruh datang untuk interview jam 3 sore. Mampus, tak ada jalan untuk lari!
Dalam kegalauan, saya resa dengan hidupku yang akan terpasung oleh rutinitas kerja. Dunia sekan benar-benar tak lebih lebar dari daun kelor. Alasannya, tetap sama, saya tidak suka kerja yang mengharuskan masuk jam 8 pagi dan keluar jam 5 sore dengan rutinitas yang membosankan! Dan yang terpenting, kerjaan administrasi yang datar bukan pilihan utamaku. Saya butuh tangtangan, *eeeaaaa!
Tiba-tiba, sambil makan siang, temanku kasih informasi bahwa Prince John Dive Resort butuh seorang resepsionis. Gilllaaaaa, saya langsung 100 % tertarik, langsung pengen diving saat itu juga! Langsung hubungi K'ira (pemilik CoffeeBreak yang berteman akrab dengan pemilik Prince John). Dan! Terengggggg....!!! Saya berhasil bertemui dengan K'ira yang membawa saya bertemu dengan Mr. Alex (empunya resort).
Sedikit cuap-cuap dengan bahasa Inggrisku yang belepotan, akhirnya saya diterima. Saya memilih untuk masuk di awal bulan Desember. Well, tapi ini hanya untuk dua bulan. Karena saya hanya menggantikan resepsionis sebelumnya yang cuti karena melahirkan. Du bulan sudah lebih dari cukup! Waktu untuk bekerja dan belajar Bahasa Inggris. Bekerja sambil belajar, belajar sambil bekerja. Bekerja dapat uang, dan belajar dapat uang. Sesuatu benget yaa! :)

Wednesday, November 16, 2011

Ribet Survei Sekolah

Sudah dua minggu ini saya sibuk mensurvei sekolah di Kota Palu. Kegiatan Kementrian Pendidikan Nasional yang bekerja dengan PT. Surveyor Indonesia ini mendata sekolah dengan tingkat kerusakan bangunan.

Hari mulai terang, ayam-ayam telah sibuk mencari makan, ayam jantan sibuk kawinin ayam betina. Saya terjaga dari tidur, segera mandi. Harus berangkat sepagi mungkin. Biar sekolah yang di survei bisa cepat kelar.

Naik, motor menuju sekolah di bagian Palu Timur Kel. Tondo *kucluc.kucluc.kucluc. Sampai di sekolah yang dimasud kepala sekolah tidak berada di tempat. Beberapa guru yang dijumpai enggan untuk jadi responden. "Maaf dek, kepala sekolah yang tau datanya" alasan mereka.

"Ibu, tidak harus kepala sekolah. Saya cuma mau tau data kerusakan bangunan" sedikit memaksa

"Tapi, data-datanya ada dengan kepala sekolah" muka ibu itu mulai ketus!

"Ibu, ada data laporan bulanan? Di situ sudah lengkap" Memaksa ala debtcolector

"Saya tidak tau, dek" mulai beranjak pergi "saya ada kelas, sudah mau masuk"

"Ibu, waktunya sudah mepet. Harus dikumpul hari ini" cari alasan yang tepat!

"Ini, dengan bapak saja" tiba-tiba seorang guru pria datang

Jelaskan masud dan tujuan. Akhinya data yang saya butuhkan terpenuhi. Selama saya mengisi data, ibu yang beralasan mau masuk tadi, malah asik bercerita dengan teman guru lain. *waaallaaaahhhhh

Monday, November 14, 2011

bakubagiinfo: Dadendate: Nyanyian Tanah Kaili Yang Terancam

bakubagiinfo: Dadendate: Nyanyian Tanah Kaili Yang Terancam: D adendate merupakan kesenian asli masyarakat Desa Taripa (Etnis Kaili dialek Rai). Dadendate sendiri terdiri dari dua kata yaitu ” d...

Sunday, November 13, 2011

bakubagiinfo: Yasal Impian Itu Ada Di Lembah Palu

bakubagiinfo: Yasal Impian Itu Ada Di Lembah Palu: Yayasan Al-Kautsar atau yang disingkat Yasal, merupakan yayasan yang didirikan pada tanggal 1 Januari 2003. Yayasan pada awalnya diper...

bakubagiinfo: Yasal Impian Itu Ada Di Lembah Palu

bakubagiinfo: Yasal Impian Itu Ada Di Lembah Palu: Yayasan Al-Kautsar atau yang disingkat Yasal, merupakan yayasan yang didirikan pada tanggal 1 Januari 2003. Yayasan pada awalnya diper...

Friday, October 28, 2011

bakubagiinfo: Ancaman Schistosomiasis terhadap Masyarakat Bada

bakubagiinfo: Ancaman Schistosomiasis terhadap Masyarakat Bada: Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh infeksi cacing yang tergolong dalam ge...

bakubagiinfo: Sepatu Boot: Pilihan Mencegah Penularan Schistosom...

bakubagiinfo: Sepatu Boot: Pilihan Mencegah Penularan Schistosom...: Shcistosomiasi tidak dapat dianggap remah. Harus mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat dan juga pemerintah serta seluruh pihak. S...

Thursday, October 27, 2011

Andai Malam Mampu Bicara



Andai malam mampu bicara
Mungkin dia akan bicara banyak
Tentang mimpi mereka yang terlelap nyenyak
Negeri yang indah
Bertemu kekasih
Atau terbang bag seekor burung

Andai malam mampu bicara
Mungkin dia akan bicara banyak
Tentang tidur orang-orang gelisah
Dunia yang gelap
Hidup yang sulit
Kelam

Andai malam mampu bicara
Dia tak akan tau mau bilang apa
Karena banyak tidur kini tanpa mimpi
Malam hampa
Tidur kosong
Mereka tak punya mimpi

Kini malam itu diam
Karena malam bukan untuk bicara
Malam untuk diam
Agar insan mampu terpejam
Untuk hari esok yg siap mengganti malam

(Tondo, 28 okt 2011)

Thursday, October 20, 2011

Memasuki Dunia Sihir Harry Potter Part 1




Mengikuti kisah si penyihir Harry Potter telah lama saya lakukan. Awlanya, kisah ini telah terdengar sejak lama. Namun, tak tahu mau cari dimana novel terlaris sepanjang massa itu. Maklum saya tinggal di sebuah desa yang jauh dari akses buku maupun internet. Kemudain secara tak sengaja saya melihat novel itu di rumah teman saya, yang ternyata milik kakanya. Dengan berbekal ilmu persuasif (skud) atau mungkin juga muka memohon kasihan, saya berhasil membujuk teman saya agar dipinjamkan. Dengan catatan, cepat balikan karena milik kakanya. Oke boss (berterima kasih sekali dengan temanku itu)
Selanjutnya, saya sudah memasuki dunia sihir layaknya anak baru yang melewati peron 9 3/4. Terpukau dengan dunia lain dibaliknya. Tanpa sadar, saya sudah duduk manis di salah satu gerbong dari Hoghwarts Express sambil menikmati coklat kodok. Kereta itupun melaju, namun saya lupa bawa barang-barang dan belanja buku-buku untuk semester awal saya yang ada di depan mata. Untunglah, Rebeus Hagrid bersedia menolong saya (thank's so much Hagrid)
Sesaat kemudain saya tertidur, lalu dibangunkan oleh teman penyihir lain yang bernama Riska Granger, yang saat itu segerbong bersamaku. Karena kami telah sampai di sekolah Hogwarts. Mataku langsung terpesona melihat sekolah yang indah itu. Atap-atap bangunannya, menjulang tinggi dengan berbagai ornamen ukiran dan relief-relief. Sangat mengaggumkan!
Hagrid sudah berdiri dihadapan kami saat kami menuruni Hoghwarts Express. Beberapa penyihir baru yang terlihat sangat kurus, sibuk dengan koper bawaanya dan burung hantunya. Dengan kerlingan mata, dia menunjukan barang-baraangku yang ada disampingnya. Saya hanya tersenyum!
Akirnya, kami dibawa ke aula besar. Saya masih bingung mau diapakan?! Jantungku berdebar, takut kalau-kalau dipersilahkan maju kedepan untuk memperkenalkan diri atau menunjukan kemampuan sihir apa yang saya miliki. Aula yang gaduh, langsung hening saat di lelaki tua berjenggot panjang putih, dengan kaca mata bulat kecil yang menggantung diujung hidungnya yang bengkok maju ke mimbar. Sedikit, menggunakan sihir dia memperbesar suaranya hingga kami semua dapat mendengarkan dengan jelas.
Saat itu, saya satu meja dengan Dian Potter yang ternyata kerabat dari seorang penyihir hebat Harry Potter. Ada Jimmy Weasley, dan beberapa orang teman lainnya serta si Riska Granger. Satu persatu teman saya maju kedepan, mereka dipasangkan topi penyihir yang ternyata namanya topi ajaib. Topi itu yang mentukan di asrama mana kita akan ditempatkan. Mungkin sudah banyak yang tau, bahwa di Hogwarts ada empat asrama yaitu Godric Griffindor, Salazar Slytherin, Rowena Ravenclaw, dan Helga Hufflepuff.
Dan ternyata saya dan teman-teman yang baru saya kenal tadi ditempatkan di asrama Griffindor. (to be continued!) 


Wednesday, October 19, 2011

Brongkos: Manusia Berkepala Kaleng 2

Brongkos: Manusia Berkepala Kaleng 1

Foto ini diambil saat Teater Api Surabaya tampil di Taman Budaya Palu. Mereka memainkan teater dengan judul "Brongkos"

Tondo: Heboh Mobil Terbakar dan Meledak


Malam itu sudah pukul sebelas malam lewat. Setelah dari mengurusi beberapa tempat akhirnya saya pulang ke kosku. Cuci muka, cuci kaki, dan cuci yang lain-lain, akhirnya saya bersiap untuk tidur. Sementara hendak berdoa, tiba-tiba terdengar bunyi bertemunya satu benda bertemu dengan benda lain dalam volume yang keras. Bunyi terseret dan akhirnya menabrak sesuatu.
Naluri jurnalisku bangkit seketika, lebih cepat dari diriku sendiri yang masih berbasing lurus. Beberapa detik kemudian saya telah menuruni tangga kos yang terjal *hanya saya dan teman-teman yang pernah ke kos tau seterjal apa tangga kamar saya. Sampai di bawah, saya bertemu dengan bapak kos yang baru saja keluar kamarnya. Dengan muka paniknya bertanya, ada apa? Saya yang tak jauh lebih panik dari dia malah bertanya balik, ada apa? Tidak tau? Saya juga tidak tau? Depan? Akhinya kami langsung berlari ke luar rumah.
Di depan rumah, ternyata sebuah mobil dengan merek avanza telah nyungsep di dalam selokan. Well, cuma itu. What??? Ada api yang menyala-nyala di bawahnya. Makin lama-makin besar, melahap sebagian dari mobil malang itu. Warga semakin banyak berdatangan. Mengerubungi. Beberapa orang sibuk memadamkan api dengan menyiramkan segala air yang ada. Namun malah, makin membesar, sepertinya si api pengen bilang "nih, gue si jago merah. Gak takut dengan air comberan loe semua!"
Si empunya mobil untungnya berhasil menyelamatkan diri, karena tidak lama kemudian seluruh badan mobil terbakar hebat. Dan, berselang beberapa menit, mobil itupun meledak hebat. Layaknya dalam film actino, mobil itu meledak beberapa kali dengan hebatnya. Untungnya, pemdam yang sedikit lambat datangya, bisa menjinakan api dengan seketika...

Tuesday, October 18, 2011

Brongkos


Sebuah teater dengan judul Brongkos dipertunjukkan di Taman Gor Palu. Adalah Teater Api yang dengan apik memainkan lakon tersebut. Komunitas teater yang berdiri sejak 30 Juli 1993 ini berusaha mengangkat realitas masyarakat yang diperbudak oleh perkembangan zaman. Bahkan, Brongkos ingin menunjukkan bahwa dunia ini palsu, tidak berotak dan tidak punya nyali.
Lakon tersebut bertempat di rumah sakit jiwa. Orang-orang gila yang diperbudak oleh moderenitas. Beberapa orang menjadi manekin, yang melambangkan moderenitas itu. Ada sebuah manekin wanita yang duduk di ayunan  dengan menggunakan gaun merah. Nampak anggun, namun berkuasa.
Kemudian, beberapa orang memainkan lakon sebagai manusia yang tak berotak. Menuruti apa saja yang diinginkan sang sang penguasa. Ada yang mencoba memberontak, namun tak cukup mampu untuk melakukannya.
Brongkos, secara umum sulit untuk diterjemahkan bagi orang awam. Luhur Kayungga sebagai sutradara mencoba menggunakan berbagai simbol yang mampu menggambarkan pesan yang ingin disampaikan. Setelah menyaksikan pertunjukan tersebut, dan kemudian mendengarkan diskusi yang dilaksanakan sesudahnya, penonton akan semakin jelas dengan maksud dari pertunjukan tersebut. Bahkan semakin merasa takjub dengan lakon yang dimainkan dalam Brongkos.

Monday, October 17, 2011

Khianati Teman Demi Changcuters

Malam itu, saya akan meliput di kegiatan Festival Teater Remaja (FTR) 2011 yang diselenggarakan di Taman Budaya Kota Palu. Walau sangat lelah, karena sebelumnya saya dan dua orang temanku hunting barang di sebuah pasar, katanya bongkar baru sih... (hanya kami yang tau apa dan dimana). Setelah muter-muter pasar seharian, akhirnya selesai juga perburuan barang yang kami cari. Tanpa sadar ternyata hari mulai gelap, bintang-bintang tak nampak karena rembulan bersinar terang. Kegiatan FTR yang dilaksanakan sekitar pukul 20.00, mengharuskan saya untuk segera berada di sana.
Langsung saja, saya numpang mandi sekaligus minjem baju teman saya (kebiasaan). Mendingan tidak usaha ke tempat kegiatan dari pada tidak mandi dan ganti baju. Tau sendirikan kondisi setelah keling pasar tradisional. Setelah milih-milih baju teman, layaknya baju sendiri, akhirnya dia meminjamkan kaos oblong dengan motif garis-garis ala pemain baseball. Walaupun saya mau kaos oblong hitam dengan gambar wajah seorang wanita (sudah minjem banyak maunaya). Setelah mandi, ganti baju, make parfum teman saya, dan makeup teman saya (uphsss...) langsung ke tempat kegiatan.
Sampai di sana, kegiatan belum dimulai. Sms beberapa orang teman yang tertarik dengan kegiatan teater untuk datang. Disinilah penghianatan itu terjadi. Kata teman saya, dia sementara menuju ke Taman Budaya. Ok, saya tunggu! Teman yang lain bilang, saya bimbingan skripsi dulu ya De, tunggu kita. Ok, saya tunggu!
Tiba-tiba seorang teman, Layla Rahma Siami (nama harus disebutkan karena sudah berjasa), menelepon saya, De mau nonton Cangcuter. Saya punya satu undangan gratis, untuk satu orang. Sakarang kau ke Swiss Bell (salah satu hotel di Kota Palu). Ok, saya meluncur kesitu. Waduh, teman-temanku mana? *mulaigamang. Terpaksa, sms teman "kau dimana? saya mau ke swiss bell dulu. tapi mau balik lagi ke taman budaya". Beberapa detik menunggu, smsku tidak dibalas. Akhirnya, tanpa rasa bersalah pergi nonton si Tria CS.
Saya tidak nyesel khianati teman-teman saya (maap ya), soalnya Cangcuters keren bangeeetttt.. Gokil, malam minggu itu semua gila-gilaan. Ada yang jumpelitan, ada yang geter-geter, ada yang kremian alias kecacingan, pokoknya malam itu semua lebur jadi satu, bergerak bersama dalam permainan musik yang membahana. Kita bersatu, kita bersama, bergandengan tangan. (???). 


Friday, October 14, 2011

Hari semakin singkat saja

Seperti baru kemarin hari senin itu menjemukan berlalu
Kini dengan wajah muramnya menghadang tepat di depan ku
Siap dengan kejenuhannya

Selasa yg datar baru saja beranjak
Rabu yg tak menarik juga pergi tak terasa
Namun, kini mereka berdiri debelakang senin yang menjemukan itu

Kamis, mulai bergairah, sedikit
Dan jumat terlalu singkat
Mereka berdua, akan hadir dengan segera

Sabtu yg menyenangkan
Menggu yg melelahkan
Menyelinap dan terkadang telah ada di depan

Hari semakin singkat saja
Minggu kini bagai sehari
Hari mungkin tak lagi 24 jam
Jam kita saja yg mempermainkan kita
Hari semakin singkat saja

Reorganize Eduteensmedia

Di awali dari keterlibatan atau tepatnya terpilih menjadi trainer of tarining The Habibie Center. Saya dan 9 orang pemuda lainnya mendapatkan pelatihan literasi media "Cerdas Bermedia untuk Toleransi". Kegiatannya akan dilaksanakan di empat sekolah di Kota Palu. Well, kegiatan itu berjalan dengan sukses dan akhirnya meninggalkan begitu banyak kesan.
Kemudian, bersama dosen dan teman-teman lainnya, termasuk teman yang terlibat dalam kegiatan literasi media tersebut, kami membentuk Eduteensmedia (www.eduteens-media.co.cc). Sebagai organisasi yang baru berdiri kami membutuhkan waktu untuk dapat mampu berjalan. Saat ini, dapat dikatakan kami masih merangkak. Tapi tidak jadi masalah, bukankah harus dimulai dari awal.
Tujuan organisasi ini adalah untuk memberikan pendidikan media kepada remaja di Sulawesi Tengah. Hal ini melihat kenyataan bahwa media dapat memberikan dampak negatif jika tidak cermat dalam menggunakannya. Namun sebaliknya, media akan sangat memberikan efek yang positif jika tepat menggunakannya.
Setelah sekian lama terbentuk, eduteensmedia masih belum ada pergerakan yang berarti. Hanya sebatas melakukan kegiatan-kegiatan kecil untuk orang-orang yang membutuhkan. Kali ini kami berusaha untuk kembali bangkit dan bergerak. Memang tak mudah, untuk itu butuh semangat dan dedikasi yang besar. Mungkin terlalu muluk jika saya mengatakan, untuk masa depan pemuda yang lebih cerdas dan damai. Semoga itu dapat menjadi kenyataan.

Wednesday, October 12, 2011

Lelaki Panggilan yang Kerja di Salon

Sebenarnya ini sangat menyebalkan. Diawali saat saya janjian dengan seorang teman. Saya lupa dia butuhkan apa dari saya. Waktu itu saya sudah kerja di sebuah perusahaan swasta. Saya suruhlah si teman itu, untuk datang ke kantor. Dengan deskripsi lengkap alamat kantor.
Sms: "Ingat pagar warna kuning ijo e..." (ala Palu).
Cukup lama menunggu akhirnya, si teman berjilbab itu datang.
Sms: "Saya sudah di depan kantormu ini. Kok salon???"
Sms: "Ha??? Tunggu saya keluar"
Astaga, ternyata parkir di depan Salon. Setelah dekat dengan dia,
"ekh, kau kerja di salon ini?" ketawa licik
"Kan, smsku kuning ijo pagarnya, kenapa berhenti di sini. Inikan orange!" kesel
"Kau kerja disini yah...." semakin licik
"Ini, pergi sana" ngasih barangnya. Ingat ini bukan barang haram. Cuma saya sudah lupa barangnya apa, xixix
"Ok, saya pergi. Selamat kerja di salon" bruuummmm.... brook.. broookkkkk... *melajuuu
"akhhh, sialllll..."

Kabar itupun tersebar (sesuatu yah), beberapa orang teman muncul di chatingan menanyakan hal itu (awas kalau ketemu!!!). Kemudian saya mencoba menjelaskan pekerjaanku. Saya itu kerjanya di perusahaan penyedia jasa program akutansi. Kemudian beberapa orang minta penjelasan lebih. Kerjaku mengawasi penggunaan program keuangan. Jadi, paling sering ditelepon kalau ada gangguan atau masalah dengan program yang mereka gunakan. Ehhhh, malah mereka bilang saya lelaki panggilan. *hancur harga diri! Ibarat, barang mungkin ini barang pecah belah yang diletakan dengan kasar *praaaanggggg.....!!!
Tapi sudahlah, bukankan manusia harus tetap bersukur *mengutip dialog dalam film Kartini dan Sebuah Sketsa, xixix. Yang penting saya enjoy dengan kerjaan sebagai lelaki panggilan dan tetap tidak terima dibilang kerja di salon. Seperti gak ada kerja lain ciiinnnnn.... yuk marieee...

Numpang Gaul di Stepmagz, Hihaaaa...!!!

Menulis menjadikan kita lebih kreatif. Kita dituntut untuk mampu berfikir di luar dari diri kita sendiri. Kali ini, saya melibatkan diri dalam www.stepmagz.com. Berusaha menyalurkan kegatalan jari-jari saya. Dan membiarkan ide-ide menari-nari di atas kertas, layaknya balerina. Yah,,, walau tulisan ku tidak bagus-bagus amat sih... ckck
Selain nulis di blog pribadi ini, saya juga menulis di media lain (biar gaga, seperti orang-orang beken). Tapi lebih sering menulis status di FB dan ngetwit di twitter, xixix. Buat saya, terserah sih mau menulisnya di mana, asal bisa menyalurkan apa yang terpendam dan tidak memendam apa yang tersimpan. Karena kata dokter bisa berpengaruh terhadap kesehatan!!! (oh yaaa???)
Mari kembali membahas keterlibatan saya di stepmagz. Anak baru, yang sok gaul, dengan tulisan-tulisan yang sebagian anggota stepmagz menyebutkan "terlalu berat". Emang saya nulisnya di batu?. Padahal, saya sudah berusaha menulis yang ringan-ringan, misalnya tentang tetangga sebelah rumah, tetangga yang kawin lagi, cerai lagi, sampai yang berselingkuh (what???). Well, sedikit tentang stepmagz, majalah online yang khusus anak muda. Anak-anaknya pada gaoul gitu (gaul maksudnya). Keran gitu. Pokoknya yang gitu-gitu dech....
Terserah lah, tapi tujuanku adalah memiliki media untuk menyalurkan dan mengasah kemampuan menulis. Kata orang sih, kalau seseorang tidak menulis, pasti dia akan hilang dengan sendirinya (lupa, kata siapa). Intinya saya tidak mau hilang. Saya tidak mau dilupakan karena saya narsis (???). Jadi Intinya lagi, saya tidak mau hilang begitu saja. Kalau tiba-tiba ada alien yang menculik diri saya bagaimana? Atau saya lupa ingatan dan dianggap anak sama seorang kaisar atau seorang raja yang juga lupa ingatan, hayooo??? Inti dari segala inti, ayo kita menulis!!! (Kali aja jadi duta menulis se Indonesia??? *teeenggggkkk)

Hari ini sama seperti hari kemarin

Hari ini seperti hari kemarin. Bangun, sedikit guling sana guling sini. Terkadang tidur kembali, kaget, cepet-cepat menuju kamar mandi. Setelah itu, langsung menuju warung nasi kuning di depan kost. Tentunya dengan mengenakan baju donk...
Biasanya, saya masih sempat nonton TV, ngaca, update satus di FB dan Twitter (jangan lupa add & follow me, xixix), dan nyanyi (jiahahaa). Ini yang buat saya lambat ke tempat kerja, belum lagi jarak rumah kantor yang lumayan jauh. Harus melewati bukit, lembah, pohon-pohon, persis ninja Hatori dech...
Sampai di Kantor, yang lain sudah pada datang. Langsung segera isi daftar hadir. Coba bayangkan, lambat satu menit, gajimu akan dipotong senilai satu jam. Ini yang membuat saya tidak suka, (fiufffhhhhh...)
Di kantor, sebelum turun lapangan saya sempatkan diri untuk baca koran, dan yang paling utama untuk online :).

Monday, October 10, 2011

Karena Kita Masih Muda

Aku tak sadar bahwa kita muda
Mudakah kita?

Seperti gerimis pada hujan
Seperti pucuk pada pohon

Karena kita masih muda
Aku tak tahu itu

Kita muda
Mudah terjebak
Mudah putus asa
Mudah menyesal
Mudah melupakan

Kini, apakah aku muda?
Aku tak mau muda

Tapi aku sadar aku muda
Karena kau juga muda

Aku mau
Karena kita masih muda

Friday, October 7, 2011

Ibu


Tak terkira ungkapan untuk menggambarkan keikhlasanmu
Tak terkira lagu tercipta untuk mengungkapkan kasih sayangmu
Bagiku, kau lebih dari itu
Apakah harus aku menuliskan kata-kata itu untukmu?
Apakah harus aku melantunkan syair-syair lagu untukmu?
Jika itu pintamu
Aku mau
Untuk ibuku, aku kan menggambarkanmu lewat tatapan cintaku kepada sesama
Untuk ibuku, aku akan menyanyikan lagu sayang lewat baktiku kepada  dunia
Karena aku mencintaimu
Ibu

(1 Oktober 2011)


Thursday, October 6, 2011

Kacau: pembuatan Film ke-3

Sebelumnya, entah bagaimana ide membuat film muncul di benakku. Itu begitu menggebu-gebu. Begitu kuatnya dan dengan dukungan dari teman-teman, film pertamaku dengan judul "Me vs The Dark" rilis. Tidak sempurna dan begitu hancur *setelah saya nonton kembali, hehe... :)
Kemudian di tahun 2011 ini, saya kembali bersemangat menggarap sebuah film "Kartini dan Sebuah Sketsa" (judul sementara). Disela-sela pembuatan film tersebut, saya juga membuat film "White Candle". Kali ini saya begitu percaya diri, khususnya untuk film kartini itu. Tujuan dari pembuatan film kartini adalah untuk mengikuti kompetisi film pendek dengan tema "cerita cinta". Dua bulan proses suting menguras tenaga, waktu, dan materi.
Setelah semua selesai direkam, akhirnya masuk proses pengeditan. Disinilah masalah besar terjadi. Gambar yang saya ambil sebelumnya banyak yang tidak sesuai dengan keinginan saya. Entah mengapa saya tidak menyadari itu. Apakah ini pengaruh jadi sutradara dan sekaligus kameramen (waktu itu kameramen izin). Atau saya terlalu terburu-buru. Namun yang pasti, untuk kembali mengambil gambar itu sangat tidak mungkin. Apalagi deadline tinggal beberapa hari. Apakah tidak usah diikutkan saja, atau diikutkan dengan segala kekurangan yang ada? entahlahhhh...

Karena Aku Binatang



Sudah berapa gelas alkohol ini ku teguk. Dahagaku tak pernah terpenuhi. Semakin kuteguk, semakin ku haus. Seakan minuman ini menguap sebelum menyentuh tenggorokanku. Yang tersisa hanya rasa dahaga yang semakin bertambah. Aku hanyala seorang lelaki penikmat kebebasan. Aku selalu menghabiskan malam disebuah bar yang ada di kotaku. Setelah sinar mentari mulai melenyapkan gelap, berulah aku beranjak pergi. Menuju pelukan sang kekasih. Bagiku dunia adalah surga. Sangat bodoh jika tidak menikamti surga itu. Dunia adalah wanita, dan sangat bodoh pula jika tidak menikmati wanita yang ada di muka bumi ini. Jadi wanita dalah surga. Setidaknya begitula aku memandang dunia dan wanita. Ada Clara yang seksi, Cristine yang mau diapakan saja. Atau Yunita yang merelakan segalanya untukku. Belum lagi wanita-wanita lain yang bersedia aku gauli kapan saja aku mau. Dasar bodoh!
Aku melewati lorong yang panjang dengan botol minuman ada di genggamanku. Seekor ayam jantan berkokok dari balik tembok yang tinggi. “Kau jantan”, bisik ku. Aku tertawa! Kemudian aku tiba disebuah perkarangan rumah. Aku tak tahu ini rumah siapa, namun yang pasti salah seorang dari kekasihku yang bodoh. Dengan setengah sadar aku memasuki pekarangan rumah itu. Namun aku merasa aneh, seakan tempat ini asing bagiku. Tapi aku yakin ini hanyalah pengaruh minuman yang ku teguk. Ku gedor pintu kayu rumah itu dengan botol minuman yang ada di tanganku. Sesaat kemudian terdengar langkah seseorang yang tergesa-gesa. Kemudian terdengar kunci pintu rumah itu diputar, dan pintu terbuka. Dibaliknya berdiri seorang wanita menggunakan gaun putih. Akan tetapi lebih mirip sebuah mukena.
“Kamu? Ada apa?”
“Sayang, izinkan aku masuk dulu. Baru kamu bertanya” aku langsung menyeruak ke dalam rumah. Lagi-lagi ruang tamu itu terasa aneh bagiku. Kemudian aku berbalik, lalu berkata “ayo lah sayang, kenapa masih berdiri di situ. Masuklah bersamaku” tanganku mengisyaratkan gerakan mengajak.
“Kamu mabuk. Pergi dari sini!” wanita itu sedikit jual mahal
“Akhhh… biasanya kamu tidak banyak protes aku mabuk atau tidak. Ayolah, ku berikan yang kamu mau, kita bercinta!” bujuk ku seraya tersenyum penuh nafsu
“Pergi kamu!  Keluar dari rumahku” Pinta wanita itu dengan nada yang mengancam
“Baiklah, aku pergi” aku berjalan ke arah pintu sambil berkata “Tenang sayang, aku tak akan menyakitimu”. Setelah dekat dengannya, aku berbisik ketelinganya “aku akan memberikanmu kenikmatan”, kemudian aku langsung memeluknya.
Wanita itu terkejut dan berusaha melawan, ku dekap dia erat. Bahkan tanganku mungkin telah membekam mulutnya. Ku tendang pintu dengan kakiku.  Tanganku yang babas, memutar kunci pintu itu lalu melemparkannya begitu saja jauh ke dalam rumah. Wanita itu terus meronta, namun aku semakin menggila. Ku seret tubuhnya ke sofa. Dia malah semakin liar, aku semakin terbakar nafsu. Ku tindis tubuhnya, dengan kasar ku robek gaun putihnya. Di kini menangis, aku tak tersentuh dengan air matanya. Kemudian semuanya menjadi gelap, aku tak tahu apa-apa!
***
Entah berapa lama aku tertidur. Saat aku bangun, ternyata aku berbaring di lantai sebuah ruang tamu. Sebuah kaligrafi dalam  bingkai kaca tepat di hadapanku. Haruf-hurufnya yang berwarna emas indah dan halus. Ku pegang kepala ku yang terasa pening, sementara pikiran ku berusaha menyadarkan diriku. Mencari sisa-sisa ingatan sebelum aku tak sadarkan diri. Wanita itu? Ah, salah satu dari mereka. Aku tersenyum mengingat betapa nikmatnya subuh tadi. Walaupun aku tak benar-benar tahu seperti apa tepatnya, namun aku yakin dia terpuaskan olehku. Aku tersenyum puas!
Aku bangkit dari posisi tidur. Kini aku duduk dengan kaki lurus ke depan. Ku sapu pandanganku berkeliling. Ruang tamu ini diterangi cahaya yang masuk dari cela-cela gorden yang diberikan menggantung. Kemudian aku sadar kalau aku dalam keadaan bugil. Langsung ku raih celanaku yang ada di lantai, saat aku hendak mengenakannya celana itu, dibasahi oleh cairan berwarna merah. Ku endus, berbau amis. Baunya seperti darah. Dan ternyata, banyak darah yang berceceran di lantai. Darah itu mengarah ke dalam rumah. Dengan masih keadaan bugil, aku masuki rumah itu lebih jauh. Darah dilantai  itu semakin banyak, mengarah ke sebuah ruangan. Saat aku masuk ke dalam ruangan itu aku langsung menoleh ke sebelah kanan, betapa terperanjatnya diriku. Seorang wanita terbujur kaku dengan wajah menghadap lantai. Di dekatnya gagang telepon menggantung. Sesaat aku ragu mau berbuat apa, namun aku penasaran dengan wajah wanita itu. Dengan kasar ku balikan tubuh wanita itu. Wajah wanita itu lebih mengejutkanku dari kejutan apapun yang pernah aku alami atau terima. Bukan luka yang menganga di keningnya, bukan darah yang memenuhi seluruh wajahnya. Tapi identitas wanita itu yang menghantamku tepat dibuah zakarku.
“Sial, kenapa terjadi begini. Arghhhh, anjing” ku tinggalkan wanita itu. Aku menuju kamar mandi. Ku bersihkan seluruh darah yang ada di tubuhku dan pakaianku. Kemudian dengan sangat tenang aku meninggalkan rumah itu. Dan aku yakin tak akan ada yang tahu bahwa aku pernah meniduri wanita itu!
***
Setelah kejadian itu, hidupku seperti biasanya. Tidak ada yang berubah. Aku masih menghabiskan malam ku di bar tempat aku biasa meneguk minimum favorit ku. Namun aku berusaha untuk tidak terlalu mabuk, karena aku tidak ingin kejadian salah rumah terulang kembali.
Saat aku meneguk cairan yang ada di gelas terakhir ku, wajah wanita itu kembali muncul. Tak ada yang aku takuti, atau aku sesali. Hanya saja mengapa aku bisa begitu tak tahu apa yang aku lakukan.
Wanita itu adalah Khairunnisa, seorang janda yang baru ditinggal mati suaminya dua bulan yang lalu. Dia sendiri. Dia cantik, sangat cantik. Namun dia bukan janda sembarangan. Dia seorang wanita soleha. Pernah terlintas di benak ku untuk menikahi janda kaya itu. Akan tetapi aku sadar, wanita baik hanya untuk lelaki baik. Aku tak pernah ingin menyentuh wanita itu dengan cara seperti itu, bahkan sampai melukainya dan membuatnya tak bernyawa. Akan tetapi, setidaknya aku pernah menikmati tubuhnya. Aku tertawa puas dengan diriku. Puas? Bahkan aku tak ingat kejadiannya seperti apa? Mungkin saja wanita itu merontah dan membuat kepalanya terbentur di lantai atau benda keras lainnya. Atau aku sendiri yang membenturkan kepalanya ke lantai sebelum aku menggaulinya. Arggghhh, kenapa aku begitu mabuk malam itu? Ku salahkan diriku.
“Kenapa kau menyalahkan dirimu?” Suara kecil dalam diriku berbisik. “Bukankan selama ini kau menyalahkan ayahmu yang ulama itu? Ayahmu yang bagai nabi itu?” lanjut suara itu. Kemudian aku kembali terkenang pada ayahku yang telah tewas beberapa tahun yang lalu. Lelaki itu adalah seorang ulama terpandang di kota ku. Sejak kecil, ilmu agama telah menjadi santapan ku. Aku menerima segalanya dengan senang hati. Seakan nyawa ini langsung tercabut dari raga jika aku tak melaksanakan ajaran agama. Omong kosong!
Aku yang dulu begitu patuh terhadap lima waktu. Ayat-ayat suci Al-Quran bagaikan anak sungai yang mengalir dari bibir ku. Aku menjadi burung beo yang mampu melafalkan 30 juz dengan benar dan sangat baik.
Aku juga masih ingat saat malam itu. Malam yang merubah segalanya dalam hidupku. Di awali dengan hubungan diam-diam yang aku jalani dengan Siti. Wanita soleha yang menjadi tetanggaku. Sejauh itu, hubungan kami masih normal. Bertemu, diam, saling menatap, berbicara sedikit, lalu kembali ke rumah masing-masing. Tiba-tiba ayah tahu segalanya, entah siapa yang memberi tahu. Mungkin saja kursi taman tempat kami berjumpa yang berkhianat, atau jendela kamar yang setiap malam aku lompati hanya untuk mengucapkan selamat tidur kepada Siti yang ingkar?
Ayah murka, kami berdebat. Ayah kuat dengan pandangnnya bahwa dalam islam tidak boleh pacaran. Aku kekeh dengan pembelaan bahwa kami hanya bertemu biasa dan tidak pernah terjadi apa-apa. Kemudian aku minta ke ayah agar meminang Siti untuk ku. Ayah semakin murka, katanya jadi benar kalau kau sudah pernah tidur dengan Siti. Kau masih sekolah, mengapa kau minta segera menikah? Aku membela diri, namun kata orang lebih didengarkan dari kata anaknya sendiri. Kau adalah aib bagi ayah. Kau mencoreng agama dan nama baik. Kau bukan anak ayah. Bahkan sebelum lelaki itu memutuskan hubungan bapak dan anak, aku merasa dia bukan lagi ayahku yang menjadi panutan ku. Aku pergi, dan melupakan semua hal itu. Persetan dengan segalanya!
Sejak kejadian itu, aku ingin melakukan apa yang dulu dilarang oleh ayahku. Dan ternyata dia bohong. Dia menyebunyikan kenikmatan itu dari diriku. Surga dunia yang dipisahkan dari penghuni surganya. Dan setiap rasa bersalah atas perbutanku saat itu, yang kusalahkan adalah ayahku. Hingga saat ini aku tak pernah merasakan rasa bersalah itu atas perbuatanku. Aku tak takut. Aku manusia tanpa rasa takut!
Kejadian tewasnya Khairunnisa sedikit mengganggu ku. Aku tidak takut atas apa yang telah aku lakukan. Bahkan, Tuhan sekaligus datang menghukum ku atas kematian wanita itu, aku siap menantangnya. Namun, yang meresahkan ku, masih normal kah aku sebagai seorang manusia? Bukankan manusia diberikan berbagi rasa. Dan aku telah kehilangan rasa takut. Aku membatin!
Ku tinggalkan bar itu. Aku berjalan melawati jalan yang gelap. Dari balik semak, terdengar suara erangan. Sepasang mata menatap ku, dalam gelap. Aku diam, ku raih sesuatu lalu ku lemparkan kearah mata itu. Tepat mengenainya, terdengar bunyi lengkingan, lalu binatang itu lari. Mungkin seekor anjing kudis, bisik ku. Yah seekor anjing, binatang!
Kemudian aku terus berjalan. Dinginnya malam membekamku. Aku tak memiliki tujuan. Aku binatang. Aku bukan manusia. Pikiran itu muncul dalam benakku. Aku sama dengan anjing, aku sama dengan hewan lain. Aku bukan manusia. Semakin mempengaruhi ku. Tapi mengapa aku seperti manusia?  Mengapa aku masih berjalan dengan kedua kakiku? Mengapa aku masih menutupi tubuhku dengan benang? Aku binatang, berlakulah seperti binatang! Kini benar-benar merasuki pikiran ku.
Aku tak bisa seperti ini. Aku binatang. Seharusnya binatang tak seperti manusia. Binatang tak hidup seperti manusia. Aku binatang buas, aku kejam. Binatang buas tak memiliki rasa takut. Binatang buas harusnya hidup di hutan. Aku tak layak mengatakan rumah seperti rumah milik manusia adalah rumahku. Aku harus ke hutan. sebab di sanalah rumah binatang buas. Aku binatang!
Aku terus berjalan, meninggalkan keramaian kota kecil ku. Aku terus berjalan meninggalkan wanita-wanita manusia itu. Kini aku terus berjalan, seperti binatang. Kini aku berjalan tanpa pakaian milik manusia, karena binatang tidak memakai baju dan celana. Menuju sungai, menuju hutan dan gunung. Aku pergi untuk menjadi binatang seutuhnya. Karena aku binatang!


Toaya, 30 Agustus 2011
adenuriadinsubandi

PNS


Aku hanyalah seorang mahasiswa yang baru memperoleh gelar sarjana strata satu dari sebuah universitas negeri. Saat ini, pontang panting mencari pekerjaan. Dunia pekerjaan seakan sebuah dunia mistis yang tidak dapat ditembus begitu saja. Butuh kemampuan supranatural tinggi atau setidaknya berbekal jimat sakti. Entah sudah berapa eksemplar ku layangkan lamaran pekerjaanku. Bahkan list daftar perusahaan telah habis ku contreng. Namun nihil. Hingga detik ini tak pernah ada jawaban yang pasti. Aku merana dalam penantian yang tak jelas!
Namaku adalah Arie Nuansya. Aku dipanggil Arie. Tak perlu aku gambarkan ciri fisik ku. Namun lelaki yang bernama Arie ini, adalah seorang teguh dengan pendirianya. Mempertahankan idealisme dalam dunia yang merayu. Kekeh dengan apa yang disebutnya prinsip dalam hidup, yakni kejujuran! Hal itu yang mungkin menjadikan diriku hanya ingin bekerja sesuai dengan idealisku. Kalian tau apa alasannya? Aku hanya menilai jika aku bekerja tidak sesuai dengan apa yang tidak aku inginkan, maka aku tak akan benar-benar melakukan pekerjaan itu dengan baik. Hasilnya, tak akan ada sebuah profesionalitas. Aku akan menjadi tumpul, lemah, dan sampah!
Atas dasar itu, entah mengapa aku menjadi tak menginkan pekerjaan menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil. Tak perlu aku jelaskan lebih rinci mengapa? Dulu, aku masih ingat ayah pernah begitu memaksa ku agar aku mau menjadi PNS. Waktu itu, setelah aku wisuda, di ruang keluarga ayah berkata kepadaku.
“Rie, ijazahmu sudah keluar?” aku mengalihkan pandanganku dari televisi ke ayah yang sedang membaca koran.
“Sudah Pa” jawabku datar, kembali menyaksikan tayangan televisi
“Papa masih punya jabatan. Masih bisa dengan mudah jadikan kamu PNS”. Aku berusaha mencari tau arah pembicaraan ini. Kemudian ayahku kembali berkata. “Hari senin kamu bisa masuk kerja di kantor papa”. Suaranya terdengar tenang dari balik Koran.
“Pa, Arie tidak ingin jadi PNS”
“Kenapa tidak mau?” menghentikan membaca, menurunkan sedikit korannya, menatap ku dengan kacamata yang melorot ke hidung!
“Ya” aku ragu “Arie malas saja jadi PNS” hanya itu yang telintas dalam benakku
“Kenapa malas. Lihat papa, PNS tidak selamanya tidak punya apa-apa”.
“Bukan gaji yang saya permasalahkan, Pa”
“Kalau begitu apa?”
“Sudah lah pak, Arie tidak ma…”
“Papa tidak ingin anak papa, punya masa depan yang tidak jelas”
“Pa, apanya yang tidak jelas? Arie sekarang lagi berusaha”
“Untuk apa repot-repot melamar pekerjaan sana-sini dan tidak ada hasilnya” nada suaranya mulai meninggi. Kemudian ayahku melanjutkan, “kamu jadi tenaga honorer saja dulu di kator papa. Bulan depan ada penerimaan PNS. Baru kamu ikut!”
Aku tidak mau sore ini menjadi sebuah pertengkaran antara ayah dan anak hanya karena PNS. Maka aku memilih diam. Aku tahu papa ingin agar anaknya sukses dikemudian hari. Tapi sukseskan tidak harus menjadi PNS. Masih banyak cara lain. Bukankan kita diajarkan untuk tidak mudah menyerah. Gagal planning A, kita masih punya planning B, C, dan mungkin sampai Z. Tapi PNS tidak masuk ke dalam salah satu rencanaku.
Entah mengapa aku tak sedikit pun tertarik untuk menceburkan diriku ke dalam pekerjaan itu. Semenjak aku bergabung ke dalam gerakan mahasiswa anti korupsi saat kuliah, seakan semua menjadi jelas. Penggelapan terlalu nyata, kecurangan tak perlu ditutup-tutupi. Kau anak siapa, dan kau punya berapa, itu yang berlaku. Aku masih ingat seorang senior harus dilarikan ke rumah sakit karena percobaan bunuh diri. Dia mengikuti tes CPNS, sudah membayar puluhan juta dari hasil jual kebun milik bapaknya. Namun naas, dalam daftar pengumuman namanya tak tercantumkan. Sementara itu, uang puluhan juta itu pun raib etah kemana? Saat itu keluarganya benar-benar sudah tidak punya apa-apa lagi!
Aku masih ingat saat teman-teman berhasil membongkar kasus penggelapan dana renovasi sejumlah sekolah. Miliaran rupiah untuk sebuah bangunan, yang sedikit saja gempa menggoyang bumi, pasti akan ambruk seketika. Saat itu, aku tak ada di Indonesia. Aku sementara mengikuti pertukaran pemuda ke Canada. Namun teman-teman tetap saling mengabarkan informasi. Bahkan mereka mengirimkan data-data yang mereka temukan ke emailku. Entah mengapa, badai yang siap membokar kezaliman itu lambat laun menjadi angin sepoi-sepoi. Lama kelamaan bahkan tak berhembus lagi. Kata teman-teman, kasusnya sementara diusut oleh pihak yang berwenang. Yang anehnya, teman-teman yang tadinya begitu berapi-api, sekan tak peduli dengan kelanjutan kasus itu. Sampai gelar sarjana berada diakhir namaku, kasus itu hanya menjadi salah satu dari sejumlah kasus-kasus yang terlupakan.
Saat itu aku sadar, semua adalah permainan. Hanya sebuah sandiwara. Layaknya para pemain sandiwara, mereka memperoleh imbalan dari peran mereka. Seberapa besar? Yang pasti besar, karena mampu menyumpal mulut-mulut serigala kelaparan yang setelah dijejali makan langsung berubah menjadi kucing peliharaan! Itulah sistem pemerintahan. Aku alergi! Jika masuk ke dalam sistem yang rusak, maka akan ikut rusak. Sekuat apa, pasti tak akan mampu bertahan. Ibarat sebuah mobil, sebuah onderdil baru yang digunakan bersamaan dengan onderdil yang telah rusak semuanya, tak mampu membuat onderdil lain menjadi baru. Bahkan onderdil itu dalam hitungan hari akan rusak dan menjadi bagian dari onderdil yang lainnya. Sistem yang rusak!
***
Seiring berjalannya waktu, tuhan sepertinya belum memberikan jalan yang cerah dengan karirku. Ayah pun telah bosan membujuk ku. Dibiarkannya saja aku.  Katanya, “terserah kamu maunya apa”.  Untungnya, ini bukan sebuah permusuhan antara ayah dan anak. Ini lebih kepada kebebasan yang diberikan oleh seorang ayah kepada anak laki-lakinya dalam menentukan pilihan hidup. Atau ayah sudah dapat menebak hasilnya seperti apa? Aku akan menyerah, dan kembali membuat rencana bersama-sama dengannya! Mungkin seperti itu, sebab idelasiku semakin tergerus oleh waktu. Oleh tanggu jawab!
Akhirnya, aku benar-benar menyerah. Aku kembali pada ayah untuk mengikuti apa yang sejak awal diinginkannya. Mungkin dia benar, PNS dalah nasibku. Toch, banyak orang yang jadi PNS tapi tetap mampu berkreatifitas, mengasah kemampunnya. Aku mencoba mencari sesuatu yang bisa menguatkanku. Itu saja!
Di satu sore, di ruang keluarga aku memulai percakapan dengan ayah.
“Pa, Arie mau bicara” aku sedikit ragu
“Bicara apa?” jawabnya datar, sambil menyaksikan berita di televisi
“Tentang”, aku bingung memulainya dari mana. “Tentang pekerjaan. Arie mau jadi tenaga honorer”, ayah menatapku. Suara pembaca berita terdengar sedang menginformasikan KPK yang berhasil membongkar kasus korupsi seorang pejabat
“Kamu yakin?” ayah seakan tidak percaya
“Ya, tapi saya tidak mau jadi nonorer di kantor Papa. Saya mau di kantor yang sesuai dengan disiplin ilmu ku” tawar ku. Ayah tertawa, mengeleng-gelengkan kepalanya.
“Mana anak Papa yang dulu? Sudah bosan dengan semua?” nada suaranya penuh ketidakpercayaan.
“Arie, hanya tidak ingin menjadi anak yang tidak mampu berbakti kepada orang tua” jawabku datar
“Arie, Papa memang sangat ingin kamu jadi PNS. Tapi itu dulu” , menatap ku lekat-lekat. “Sekarang Papa sadar, banyak hal yang bisa dilakukan. Papa juga minta maaf, karena selama ini Papa tidak pernah mendukungmu” dia menarik nafas dalam-dalam, menghembuskan, lalu kembali berkata, “kamu yakin mau jadi tenaga honorer?”.
“Yaa a, yakin pak” aku ragu!
“Sekarang Papa tidak ingin kau jadi PNS” seraya mengambil kopi yang ada di atas meja, menyeruput, lalu meletakkannya kembali.
“Maksud Papa?” seakan aku tidak percaya dengan apa yang dikatakannya.
“Papa sekarang sedang mengembangkan usaha rumput laut. Semua sudah Papa persiapkan. Dan Papa minta kamu yang mengelola usaha ini” ayah berkata penuh semangat. “Ini kan juga sesuai dengan disiplin ilmu kamu” lanjutnya. “Bagaimana?”
Aku seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan ayah. Lelaki cukup berumur itu, secara diam-diam mencoba memahami ku. Ayah, entah apa yang membuatnya berubah, namun kali ini dia lah ayah yang sangat membanggakan di suluruh dunia. Aku hanya mampu menjawab dengan senyuman bangga. Senyum seorang anak, yang tidak akan menyia-nyiakan sebuah kepercayaan!

Palu (Anoa-Trimedia, 22/09/2011)

Monday, July 25, 2011

Alumni: Kenang-Kenagan Harusnya Buku

Lagi-lagi soal buku. Tak ada yang lebih berharga selain buku. Bagaimana seseorang membuat sebuah buku yang bermanfaat itu bukan hal yang mudah (sebab saat ini saya belum bisa mewujudkan keinginan saya itu). Buku adalah suatu pemikiran yang matang. Melalui proses yang tidak singkat, dan butuh pemikiran, ketekunan, serta kreatifitas.
Disina tak akan membahas buku lebih jauh. Tapi hanya memberikan sebuah saran bahwa sebaiknya kenang-kenang seorang mahasiswa terhadap almamaternya adalah buku. Mengapa buku?
Tak perlu dipaparkan fungsi buku. Tapi coba bayangkan jika setiap lulusan universitas menyumbangkan sebuah buku kepada universitasnya? Saya akan mecontohkan Universitas Tadulako yang merupakan universitas tempat saya mengambil S1. Setiap tahunya Untad dapat meluluskan kurang lebih tiga ribu lulusan, dan bahkan juga lebih. Jika tiap tahun ada tiga ribu sumbangan buku, maka betapa kayanya sebuah universitas.
Saya sudah bisa bayangkan akan ada sebuah universitas dengan jumlah buku yang begitu banyak. Mahasiswa yang kuliah dapat memanfaatkannya untuk membuat tulisan-tulisan kreatif dengan pemikiran-pemikiran yang lebih segar. Dan masih banyak manfaat yang dapat dipeoleh. Bagitu banyak....!!!

Tuesday, July 5, 2011

Jadikan Buku Sebagai Hadiah Untuk Anak

Siapa sih yang tidak senang jika dikasih sebuah hadiah? Apalagi bagi anak-anak, pasti mereka akan tersenyum bahagia saat melihat sebuah bungkusan menarik yang dialamatkan kepada mereka. Terus hadiah apa yang paling diinginkan oleh anak-anak? Pasti jawabanya bervariataif. Sejauh ini saya tidak pernah tau atau mendapatkan hasil survei tentang hadiah yang paling dinginkan oleh anak-anak. Namun yang pasti kebanyakan dari kita mengharapkan hadiah itu berupa makanan atau coklat, pakaian yang lucu, dan permainan.
Hadiah-hadiah tersebut apakah benar menjadi keinginan anak-anak atau merupakan keinginan dari orang tua yang lambat laun juga menjadi keinginan anak-anak? Dalam arti awalnya anak-anak tak pernah tau hadiah itu seperti apa. Namun, saat dia menerima sebuah hadiah berupa coklat misalnya, maka dia akan selalu mengharapkan hadia berikutnya adalah coklat. Dan pada akhirnya kata “hadiah” akan selalu identik dengan makanan (coklat). Efeknya, pola tersebut akan secara turun temurun dilakukan.
Apakah kita pernah berfikir, bahwa saat kita memberikan sebuah hadiah kepada anak, maka anak itu akan menjadikan hadiah tersebut sebagai salah satu barang berharganya. Sekarang coba bayangkan jika hadiah itu salah satu barang yang sangat bermanfaat bagi anak, maka selain mempunyai barang berharga, dia juga akan memperoleh manfaat yang besar!
Sekarang, saatnya menjadikan buku sebagai salah satu hadiah prioritas bagi anak. Karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa buku mampu membuka jendela dunia. Benda segi empat yang terdiri dari lembaran penuh kata-kata tersebut juga mampu mecerdaskan siapa saja. Jadi dengan memberikan hadiah berupa buku yang bermanfaat bagi anak, maka kita akan memperoleh berbagai keuntungan. Pertama, anak-anak akan memperoleh manfaat dari hadiah tersebut, yang tidak hanya untuk sesaat. Tapi juga sampai dia besar nantinya. Kedua, secara tidak langsung kita akan menumbuhkan budaya membaca dalam diri anak-anak. Dengan begitu anak-anak dengan sendirinya sejak dini akan suka membaca dan menjadikan kegiatan membaca sebagai hobi utamanaya. Dan manfaat yang terakhir, Ketiga, pola pikir tersebut yaitu menjadikan buku sebagai hadiah, akan turun temurun dilakukan. Dengan begitu sudah bisa dipastikan budaya membaca akan terus meningkat dari generasi ke generasi.
Jadikan Buku Sebagai Hadiah Untuk Anak, sudah menjadi keharusan bagi orang tua yang peduli terhadap masa depan dari anaknya. Namun, yang lebih besar lagi masa depan dari bangsa ini. Generasi muda yang gemar membaca akan menjadikan bangsa ini lebih maju, lebih berkembang, lebih santun, lebih peduli, dan lebih bijaksana. Pasti!

Monday, June 27, 2011

Tips Belajar Bahasa Inggris 3

PAST HABIT

Saatnya kita menggunakan Used To dan Used To Be


Jika kita ingin mengatakan bahwa kita dula adalah seorang polisi dan sekarang tidak lagi seorang polisi atau kita waktu kecil suka menangis dan sekarang tidak lagi, kita harus menggunakan kedua bentuk kata di atas. Baiklah mari kita lihat penggunaannya dalam kalimat seperti apa? Terlebih dahulu kita lihat rumusnya berikut ini agar lebih mudah menggunakannya

V + Used To + V1

V + Used To Be + Noun/Adjectif

Exp:
1. I Used to cry when i was a child but i'dont do anymore,,,
2. I Used to be a police, but i'm a president now...

Penggunaan Used to atau Used to be pada dasarnya:

Pertama: untuk kebiasaan yang dilakuka pada waktu lampau dan sekarang tidak lagi

Kedua: untuk pekerjaan, tempat tinggal, atau apaupan yang terjadi kepada diri kita di wantu lampau dan sekarng tidak lagi..

Jadi mudahkan....!!!
(Kalau ada kesalahan tolong diberikan masukan)

Thursday, June 23, 2011

Tips Belajar Bahasa Inggris 2

Pada postingan awal, kita sudah mempelajari simple present tense dari cara saya mamahi tense tersebut. Sekarang, saya akan berbagi mengenai simple past tense dari yang saya pahami. Untuk simpel past tense tentu saja lebih muda dari simple present tense (Do, 'm, is, dan are). Yang harus dipahami bahwa simple past tense merupakan kejadian lampau yang tidak ada hubungannya dengan sekarang. Seperti: Saya tadi makan, saya kemarin belajar, saya tahun lalu adalah seorang mahasiswa....

Baiklah mari kita simak beberapa tips dibawah ini:

Pertama: Subjek selalu bertemu dengan kata kerja bentuk ke.II. Yang mudahnya saat kita membuat kalimat tanya atau kalimat negatif, untuk semua subjek menggunakan did. lihat rumus dibawah ini:
(+) S + VII
(-) S + Did + Not + V I
(?) Did + S + VI

Kedua: dari rumus diatas, yang perlu diingat bahwa yang tadinya kata kerjanya bentuk kedua (VII) pada kalimat positif, berubah menjadi bentuk pertama (VI) pada kalimat negatif dan kalimat tanya. Alasannya untuk mempermudah dalam mengingat adalah, Did bermakna lampau, jadi kata kerjanya harus kembali ke bentuk pertama.

Ketiga: untuk kata sifat dan kata benda rumusnya seperti dibawah ini:
(+) S + Was/Were + Noun/Adjectiv
(-) S + Was/Were + Not + Noun/Adj.
(?) Was/Were + S + Noun/Adj.

Keempat: Sabjek I, She, He, It, dan benda tunggal lainnya menggunakan WAS. Sedangkan subjek You, They, We, dan subjek jamak lainnya menggunakan WARE...

MUDAHKAN...!!!
Kita bisa saling berdiskusi lewat blog ini...
Saya juga masih dalam proses belajar. Tujuannya saya menuliskannya dalam blog ini agar saya lebih dapat mengingat semua yang telah saya pelajari...
MARI SAMA-SAMA KITA BELAJAR...!!!

Friday, June 17, 2011

Sedikit Gila

http://www.youtube.com/watch?v=u8_Dr_vdcIM

Tips Belajar Bahasa Inggris I

Bahasa Inggris untuk sebagian orang terasa sangat sulit. Banyangkan saja, antara tulisan dan ucapan itu beda banget. Belum lagi, jika perbedaan-perbedaan dalam menyebutkan kata sifat untuk sebuah benda yang terbalik dalam Bahasa Indonesia kita tercinta. Ribet bukan...?!!


Tujuan saya belajar Bahasa Inggris awalnya karena saya senang saja bisa berkomunikasi dengan semua orang dari belahan bumi mana saja. Dalam Ilmu Komunikasi, jelas dikatakan agar komunikasi kita efektif kita harus memiliki kesamaan makna. Boro-boro memiliki makna yang sama, kalau bahasanya saja kita 'kaga engerti??? 
Untuk itu kita harus mengerti dan menguasai bahasa internasional itu. Biar kita bisa semakin mengaktualisasikan diri kita. Apalagi zaman terus berkembang, informasi kian pesat yang kebanyakan menggunakan bahasa bule ntu... Kalau tidak mampu bertahan, pasti kita tersingkir. Seleksi alam yang lebih moderen begitu mungkin...
Kemudian, tujuan saya belajar bahasa inggris yang tadinya supaya bisa berkomunikasi dengan berbagai bangsa yang ada di belahan bumi ini, menjadi keinginan untuk bisa keliling dunia. Yah, mau tidak mau saya harus belajar Bahasa Inggris. Sorry, kebanyakan ngomong... Xixi, Let's begin...
Saat saya belajar Bahasa Inggris dengan Mr. Ula yang bisa saya bagikan ke teman-teman ialah:


Pertama: Kita harus mampu mengelompokan kata-kata ke dalam kategori Verb, Noun, dan Adjektif. Ini penting karena lain kelompok kata, lain pula rumus dalam menyusun kalimatnya.
Kedua: Setelah itu kita harus mengusai Simple Present Tense, yang menurut Mr. Ula, paling sulit dalam Bahasa Inggris. Yah,,, setelah saya pelajari wah ternyata benar, bikin kepala ini mumet... xixix Rumus Present Tense si mudah, yaitu S + V1 dan S + Tobe + Noun/Adj. Nah, disini maksud dari kita harus mengelompokan kata-kata itu terlebih dahulu. Biar kita tahu mau masukin di rumus mana... Ok,,,


Ketiga: Kita harus mengenal subjek dengan baik. Bagaimana menggunakannya atau setidaknya kita mengetahui pasangan Subjek dengan Tobe... *Pasti teman-teman sudah pada tau semua...


Keempat: Jangan Lupa, untuk orang ketiga tunggal (He, She, It), kata kerjanya ditambah 'S'. Misal: She speaks (asal kata: speak).


Kelima: Do dan Does hanya digunakan pada kalimat tanya dan kalimat negatif. 
Rumus: 
(-) S+Do/Does+Not+V1
(?) Do/Does + S + V1


Keenam: Jangan lupa Do untuk I, You, They, We, dan Subjek jamak lainnya. Sementara Does untuk He, She, It, dan Subjek tunggal lainnya.

Oke, sampai disini dulu. Sampai ketumu di Tips-Tips Belajar Bahasa Inggris berikutnya...
Kita Pasti Bisa Keliling Dunia
See U...

Tuesday, June 7, 2011

Satu

Kau tunggal
Sudah begitu sejak dulu
Engkau, entah mengapa menjelma
Dalam berbagai bentuk
Wujud
Aturan
Menghasilkan sebuah perbedaan
Namun, semua menuju kepada yg satu!
Yg maha tinggi
Maha berkuasa
Atas apa yg ada di bumi dan dilangit
Engkau satu
Aku tau
Kau akan buktikan itu
Lewat ajaranmu yg tak cacat!
Lewat perkataanmu yg suci!
Satu petunjuk
Satu jalan
Dan engkau satu!

Tuesday, May 24, 2011

Semangat Hidup Irfan Si Penderita Kanker Retinoblastoma

Saat kami berkunjung ke rumah sakit, Irfan terbaring lemas di tempat tidurnya. Kondsinya sangat memilukan. Tomor yang sangat besar kini menggerogoti tubuhnya, khusunya pada bagian wajah. Sehingga dia tak dapat dapat melihat, dan hanya dapat bernafas lewat mulut. Bahkan kata-kata yang diucapkannya mulai tak jelas.
Bocah 15 belas tahun yang tidak dapat melanjutkan ke bangku Sekolah Menengah Partama tersebut kini mengharap kuasa sang ilahi atas kesembuhan dari penyakitnya. Namun, yang sangat menyetuh ialah saat melihat semangat hidupnya. Irfan yang kini sangat kurus tetap menunjukan semangat untuk hidup. Hal tersebut terdengar dari caranya berbicara dengan ibu dan kakeknya yang selalu mendampinginya. Bahkan yang menariknya dalam kondisinya yang seperti itu, Irfan masih dapat mengingat cara menggunakan HP dan mengajarkan kepada kakeknya yang kebingungan tutur sang kakek sambil tersenyum.
Kini Irfan terus berjuang untuk dapat melihat sinar mentari. Dan kembali menjadi anak laki-laki yang penuh semangat. Semoga bocah yang sangat menyukai kue “tetu” ini bisa sembuh dan sehat kembali…

Friday, May 20, 2011

Wanita Dari Surga

Aku terpesona
Bahkan jantung sesaat terhenti
Mata indahmu membuatku kaku!

Wahai wanita yg datang dari surga
Dalam balutan cahaya
Aku buta karenamu

Kau adalah irama keindahan
Kupulan syair-syair menawan
Bahkan kaulah sekuntum bunga yg mekar di kala musim semi

Bulum cukupkah itu?
Telah habis kata-kata indah ini
Itu pun tak cukup menggambarkan keindahanmu...

Wanita dari surga
Keindahanmu abadi
Karena kau memiliki hati yg cantik

Cantikmu sejati
Karena kau adalah kesederhanaan
Dunia tau itu

Wanita dari surga
Sekali lagi aku ingin melihatmu
Dalam kebutaan aku terpaku!

Monday, May 9, 2011

Aku Hanya Ingin Tidur!

Cukup!
Bisakah kau pergi.
Tinggalkan aku dalam kekosongan.
Seperti gelap.
Seperti ruang luas tanpa batas.

Cukup!
Tinggalkan aku sendiri.
Tak bosankah kau seharian bercengkrama denganku?
Mendekapku.
Bahkan bersenang-senang denganku.

Cukup!
Aku saja yang pergi.
Jangan ikuti aku!
Aku mohon padamu gunda.
Aku mohon padamu susah.
Aku mohon pada semua yg terlintas dikepalaku
Pergi dan tinggalkan aku
Untuk malam ini
Karena aku hanya tertidur!

Wednesday, May 4, 2011

Kucing Mati Dilindas Mobil

Kucing Mati Dilindas Mobil
Biarkan saja tak peduli

Kucing Mati Dilindas Mobil
Tak berharga untuk apa hidup

Kucing Mati Dilindas Mobil
Lebih baik begitu

Kucing Mati Dilindas Mobil
Dibiarkan mengering di jalan raya

Kucing Mati Dilindas Mobil
Nyawa tak berharga

Kucing Mati Dilindas Mobil
Ciptaan tuhan yang terdiskriminasi

Kucing Mati Dilindas Mobil
Kucing kampung

Kucing Mati Dilindas Mobil
Kucing kudis

Kucing Mati Dilindas Mobil
Kucing kurus

Kucing Mati Dilindas Mobil
Tak memiliki pilihan

Kucing Mati Dilindas Mobil
Terbebas dari penderitaan

Kucing Mati Dilindas Mobil
Kucing Mati Dilindas Mobil
Kucing Mati Dilindas Mobil
Tamat...

Wednesday, April 27, 2011

Telanjang Dada


Saat penulis berjalan-jalan bareng teman-teman di Palu Plaza sambil foto-foto, ternyata ada yang beda dengan boneka-boneka modelnya. Disebuah toko pakaian, boneka-boneka modelnya dibiarkan memakai kostum dengan bagian depan dibiarkan terbuka. Tujuannya apa, selain untuk menarik minat pembeli. Namun, apa yang pembaca rasakan saat melihat foto di atas? Menarikkah? Kreatifkah? Atau malah merasa terlalu vulgar?

Thursday, February 24, 2011

Kotak Hidup

Inilah batas pengetahuan kita
Inilah batas pengalaman kita
Dalam ruang persegi empat
Yg tertutup rapat

Seberapa besar kotakmu?
Seberapa mampu menampung tetang arti hidup?
kebahagian
perjuangan
penderitaan
dan kebencian

Kotak hidupmu berbeda dengan dia
dia
dan dia

mungkin dia memiliki kotak hidup yg lebih besar
walau dia sekicil tubuh terkecil
atau sehina makhluk terendah
karena dia memiliki hati yg besar

tak ada yg tau
seberapa besar kotak hidupnya
tak ada yg sadar
seberapa lapang kotak hidup orang lain

Kotak hidup
Batas dari manusia
kemampuan seseorang mengartikan hidup
dan kesadaran untuk menghargai sesama

Dari sebuah kotak
kita belajar
bahwa tak ada yg berhak
menghakimi orang lain
karena kita masih terkurung
dalam sebuah kotak kecil
dalam kegelapan

Wednesday, February 23, 2011

Nampak Bag Wedusgembel

Posted by Picasa

Hanya

"Hanya"
satu kata yg mudah diucapkan
"Hanya"
membuat angka nominal tertentu seakan tidak memiliki arti
"Hanya"
kata membujuk yg sangat ampuh
"Hanya"
membunuh arti mahal
"Hanya"
kata yg kejam untuk sebagian orang

Hanya tinggal hanya, tapi hanya bukanlah hanya...

Aku Hanyalah Embun, Duri, dan Kerikil

Jika aku adalah embun yg menempel dijendela kamarmu!
Janganlah kau mengabaikanku seperti tak ada..
Karena suatu saat mungkin saja aku dapat menjadi danau yg mampu memberikan kehidupan..

Jika aku adalah duri yg menusuk kakimu!
Jangan pernah kau membungaku setelah kau mencabutiku..
Karena suatu saat mungkin saja aku akan lebih tajam dari sebuah pedang!

Jika aku adalah sebuah kerikil yg membuatmu tersandung!
Janganlah kau menendangku sampai2 aku melayang ke angkasa..
Karena suatu saat mungkin saja aku dapat lebih tangguh dari sang karang besar di lautan..

Jika aku adalah setetes embun yg melekat dijendela kamarmu
Janganlah kau mengabaikanku

Tuhan...
Entah mengapa meciptakan kita berbeda?
Namun sangat aneh pula jika kita semua sama, satu wajah!

Dibalik sebuah perkasa
Diantara para raksasa
Ada tubuh2 kecil yg berjasa

Disebuah cela sempit
Dia menopang dengan bahunya
Agar para raksasa mampu berdiri dengan perkasa!

Semua Dukung AY

Terpilih jadi foto favorit Ahmad Yahya
Dalam lomba fotografi dengan tema "1001 sosok AY"
Palu-Sulteng
2011
Posted by Picasa

Sunday, January 30, 2011

Mati Rasa

Benarkah aku telah mati?
Benarkah ruh ini telah meninggalkan raga?
Ini tidak mungkin!
Sebab aku masih bernafas...

Benarkah mata ini telah buta?
Atau telinga yg tuli?
Ini tidak mungkin...
Sebab yg ku melihat dan ku mendengar adalah yg indah-indah...

Tapi mengapa semua terasa hambar?
Hampa!
Luka itu terasa manis...
Dan duka itu begitu nikmat...

Jeritan si miskin...
Rintihan sang pelapar...
Air mata sang pesakit
Adalah pertunjukan musik-teaterikal yg paling menghibur...

Aku hidup...
Aku tidak mati...
Tapi mengapa hanya bahagia yg terasa?
Di mana rasa sakit itu?

Tak pernah sedikitpun aku iba...
Pertunjukan memilukan adalah realitas dari hidup yg tak perlu dikhawatirkan...
Mereka memohon...
Aku angkuh!

Aku hidup...
Aku tidak mati...
Hanya satu rasa...
Dan aku mati rasa...

Saturday, January 29, 2011

Demokrasi

Hari hampir senja, sinar jingga keemasan menyinari wajahku yang telah menua. Saat ini aku sedang duduk di sebuah kursi taman. Suatu tempat di mana dahulu aku kerap menghabiskan waktuku. Masa-masa itu kembali terkenang! Muncul di benakku dalam potongan adegan-adegan yang membuatku tertawa dan sekaligus mengasihani diriku sendiri. Perjuangan yang dulu berkobar dalam jiwaku telah padam saat ini. Entah mengapa kini aku menjadi bagian dari mereka, yang pada waktu itu sangat kubenci? Tapi sudahlah, kisah itu telah terjadi pada waktu yang sudah begitu lama. Dan perjuanganpun telah berubah konsep, lebih kepada bertahan untuk hidup!
Saat ini benar-benar sunyi, mungkin para mahasiswa yang ada di perguruan tinggi ini telah pulang ketempat peraduannya masing-masing. Atau mungkin juga mereka tak pulang, namun mereka melakukan hal yang sama seperti yang dulu pernah ku lakukan. Berkumpul bersama teman-teman, membicarakan hal-hal yang kami anggap menarik. Bagiku dan teman-teman idealisku, hal yang menarik adalah hal-hal yang benar-benar merupakan sesuatu yang kami anggap menyangkut kepentingan orang banyak. Orang banyak? Yah… orang banyak! Waktu itu tak jarang kami menyoroti para pejabat kampus yang mulai menyeleweng. Atau turun kejalan melakukan aksi bakar ban dan tak jarang berujung pada aksi baku hantam dengan polisi. “Baku hantam”, begitulah pembaca berita dengan wajah yang elok beberapa saat kemudian menggunakan dua kata tersebut, dalam memberitakan aksi demo yang kami lakukan pada breaking news di stasiun televisi mereka.
Atas dasar itu, akhirnya impianku semakin beralasan. Impian yang pada saat itu adalah untuk menegakan keadilan dan memberantas sipemakan uang rakyat. Impian untuk menguasai institusi pendidikan, yang bertujuan menularkan pemikiran yang saat itu kuanut kepada para generasi penerus bangsa. Kini mimpi yang selalu datang disetiap malam-malamku, tanpa alas an yang jelas, sejak pertama kali aku menginjakan kaki di kampus ini, telah aku dapatkan. Namum aku semakin merasa merana dengan keadaanku saat ini. Keadaan di mana mimpi itu tak semu lagi. Entah mengapa aku semakin merasa sunyi atau mungkin juga malu. “Malu?” sepenggal kata itu menggema memenuhi ruang-ruang yang ada di dalam benakku. “Kau seharusnya bahagia. Karena impianmu telah tercapai” aku berbisik pada diriku, berusaha meyakinkan diriku bahwa akulah juaranya. Juara? Yah… Juara dalam kompetisi kehidupan yang berujung pada keberhasilan. Keberhasilan? Kenapa aku harus meragukan keberhasilanku yang telah kudapatkan saat ini? Entah mengapa separuh dari bagian jiwaku tidak pernah mengakui bahwa diriku telah berhasil. Bahwa aku telah sukses! Aku membatin!
“Mengapa bapak sedih?”
Aku terperanjat. Suara seorang anak kecil terdengar jelas dari arah samping kiriku. Cempreng! Anak kecil itu dekil, bajunya lusuh dipenuhi tambalan yang tak rapi jahitannya. Belum lagi kakinya yang kusam dengan luka-luka kecil yang bernanah, telanjang. Ia duduk dengan posisi menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi taman ini. Karung dekilnya yang tak jauh berbeda dengan tubuh anak itu, hampir penuh, tergeletak disampingnya.
“Mengapa bapak sedih?” kata-kata itu kembali diucapkannya. Aku tak menjawab namun langsung balik bertanya.
“Sejak kapan kau duduk di sampingku nak?” kataku ingin tahu.
“Sejak tadi” jawabnya singkat
“Tapi… tadi aku tak melihatmu”
“Bapak terlalu sibuk dengan pikiran bapak sendiri, sampai bapak tak sadar aku ada di sini”
“Oh…” kemudian aku mengacuhkan anak itu. Nanarku menatap jauh, jauh kearah sang raja hari yang mulai merayap turun kesingahsananya.
“Bapak terlihat sedih!” anak itu kembali berkata, namun bukan dalam nada bertanya akan tetapi lebih kepada pernyatakan tentang apa yang tersirat dalam wajahku. Kemudian anak itu turut menatap kearah yang sama denganku. Cukup lama kami dalam diam. Sampai pada rasa ingin tahuku akan anak itu. Akan apa yang dia sampaikan kepadaku tadi.
“Mengapa kau katakana demikian”
“Karena wajah bapak”
“Dari mana kau tahu wajahku menunjukan kalau aku sedang sedih?”
“Kakekku wajahnya juga seperti anda kalau ia sedang sedih. Saat ku tanya kepada kakek mengapa dia sedih waktu itu, dia tak menjawab. Namun aku tahu dia sedih, karena setelah aku meninggalkannya. Walaupun aku sebenarnya mengintip kakek dari balik jendela. Aku melihat ia menangis”. Dia diam! Tatpanya menerawang jauh, menuju pada kenangan yang memilukan hatinya. Namun tak butuh waktu lama, senyum kecil yang indah merekah dibibirnya. Mengisyaratkan kebahagian yang tak terkira. Kebahagiaan yang dulu pernah kurasakan saat menjadi anak-anak. Tanpa beban!
Kemudain timbul pertanyaan dalam benakku, sebenarnya dari mana datangnya anak ini? Namun aku salut atas keberaniannya. Berani untuk berkomunikasi kepada orang yang lebih tua darinya. Menunjukan bahwa anak ini tidak memiliki mental kerupuk. Kemudian anak itu meluruskan duduknya. Sambil  menatap kearah wajahku dan berkata.
“Bakap tak takut duduk sendirian di sini?” suara cempreng itu berkata.
“Tidak” jawabku singkat namun tak melihat ke wajah kecilnya
“Aku juga tidak. Bahkan aku pernah sampai larut malam di sini” pernyataannya barusan seakan memacu adrenalinku untuk mengetahui lebih jauh tentang diri anak ini.
“Berarti kau anak yang sangat berani” kataku seraya melihat kearahnya sambil tersenyum kecil
“Aku harus berani pak” wajah anak itu langsung berubah muram. Ia menarik nafas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya dan kembali berkata “aku harus berani semenjak ayah dan ibu tak ada lagi”. Belum sempat aku menanyakan penyebabnya, ia lansung melanjutkan perkataannya. “Mereka meninggal kerana terkena serangan jatung. Kini aku tinggal berdua dengan nenekku, karena nenek juga telah lama ditinggalkan oleh kakek. Tapi aku tak lagi menganggap itu masalah” katanya riang. “Kalau bapak sendiri, kenapa sedih?”.
“A… a… aku…” aku merasa kaget karena anak itu tiba-tiba menanyaiku! “Apakah aku perlu menjawab pertanyaan anak ini? Sepertinya anak ini tak pernah hilang rasa penasarannya untuk mengetahui dengan apa yang aku rasakan”. Bisikku dalam hati.
“Aku memiliki masalah yang berat” apa untungnya mengatakan hal itu kepadanya?
“Bapak baru ditinggalkan ayah dan ibunya yah…? Aku juga pada awalnya sedih. Namun lama kelamaan aku telah terbiasa. Tak usah sed…”
“bukan… bukan karena itu” aku langsung memotong perkataan anak itu. “Orang tua bapak telah lama meninggal. Tapi bukan karena itu” kataku buru-buru.
“jadi apa pak?” ia semakin penasaran
“e…. e….” aku seakan bingung harus mengatakan apa kepada anak kecil ini. Jika aku mengatakan apa yang menjadi bebanku selama ini, apakah ia mengerti. Atau akan semakin membuatku berfikir keras karena harus menjelaskan dengan bahasa yang mudah dia mengerti. Dia kan masih anak kecil!
“Oh… aku ingat bapak yang pada waktu berbicara dihadapan seluruh ma… ma… maba, yang berkumpul dilapangan itu kan pak? Aku dengar ada mahasiswa-mahasiswa seni.. senior yang teriak-terik ‘maba berbaris yang rapi. Cepat’” seraya dia berdiri sambil merekonstruksikan kembali tingkah para mahasiswa senior yang membentak-bentak juniornya. Kemudian dia kembali menghenyakan tubuhnya di kursi taman ini, lalu berkata.
“Pak memangnya maba itu apa?” tanyanya polos
“maba… singkatan dari mahasiswa baru, nak” jawabku singkat
“memang bapak siapa, sampai bisa berbicara di depan para maba itu?”
“bukan siapa-siapa”
“bapak juga yang naik mobil hitam, mengkilat dan sangat bagus itu kan ?” mata anak itu berbinar-binar saat mengatakan kalimat itu. Bibirnya tersenyum, merekah. “aku juga nanti mau jadi kayak bapak ah…”
Lama kami saling diam. Aku tak tahu anak itu memikirkan apa. Mungkin ia memimpikan seperti yang pernah aku mimpikan. Namun bedanya dia melihat dari apa yang dilihatnya dengan matanya, materi. Mungkin? Tapi aku dulu berbeda! Impianku adalah menjadi pemimpin bagi para intelek-intelek muda ini. Namun sekarang? Apa bedanya aku dengan bocah ini? Aku membatin.
“Kau masih sangat kecil nak! Banyak hal yang tidak kau mengerti” kataku memecah keheningan senja.
“Aku tahu apa yang sering dibicarakan oleh para pemuda itu, mereka yang sering duduk-duduk di kursi ini” ada nada senang dalam suara. “Mereka membicarakan masalah pimpinan mereka e….e…” dia berfikir. “Pimpinan, disebut apa? e… bapak rek.. rektor. Oh iya! Rektor. Mereka bilang rektor korupsi”.
Aku terdiam. Kuperhatikan anak itu dengan seksama. Polos! Namun mengapa emosiku memuncak saat mendengar kata-kata anak itu. Kalau tidak berfikir bahwa anak itu tidak tahu apa-apa dan hanya mendengar para bajingan tengik itu berkata, sudah kutampar anak ini.
“Bapak sering yah… duduk di kursi ini?” suara cempreng itu terdengar lagi.
“Yah…” jawabku. Mungkin ada nada membentak di dalamnya
“Kapan? Kok setiap aku berteduh di pohon sana ” ia menunjuk sebuah pohon Beringin rindang, yang ada dihadapan kami “bapak tak ada” lanjutnya.
“Dulu… waktu kamu belum lahir”
“Berarti dulu bapak juga mahasiswa?”
“Yah… bapak juga mahasiswa, sama seperti dengan mereka”
“Kalau bapak dulu duduk-duduk di taman ini dengan teman-teman bapak, membicarakan apa pak?”
“Sama dengan mereka”
“Berarti masalah korupsi Pak Rektor”
“Yah…” aku gugup “tidak juga… banyak masalah yang kami perbincangkan. Dan… e… salah satunya yang seperti kau katakan tadi”.
“Menurut bapak apa yang harus diperbuat kepada orang yang korupsi?” anak itu kembali bertannya, dengan pertanyaan seakan membuatku geger.
“Yah diadili dengan seadil-adilnya” jawabku mantap, namun seperti ada getar dalam suaraku, pada kata terakhir.
“Menurut bapak yang adil itu seperti apa?”
“Sang koruptor diberi kesempatan untuk membela diri” jawabku dengan senyum puas pada diriku sendiri.
“Maksud bapak? Kalau menurut aku pak, kalau sudah ada bukti yang memberatkan tak perlu sang koruptor itu diberi kesempatan untuk membela diri. Karena pada akhirnya dia akan lolos”
“Maksud bapak membela diri, em…” aku berfikir. “Agar jangan persoalan itu, diputuskan secara  sepihak. Yah… kalau sudah terbukti, orang tersebut pantas mendapat hukuman yang setimpal” kata-kata itu membuatku gemetar. Keringat sebesar biji jagung pun mulai timbul satu persatu. Wajahku basah, kemejaku basah. Aku menatap anak itu, ia balas menatap dengan tatapan yang dingin. Tak ada tawa yang tadi pernah kulihat merekah dari bibir kecilnya. Dia diam. Bahkan dia sangat mengerti dengan apa yang barusan kukatakan tadi. Karena dia tak lagi bertanya mengenai kata-kata yang tidak dipahaminya.
Matanya meyelidik. Aku merasa bagai terdakwa yang akan menerima vonis hukuman mati. Atau memang betul aku telah menerima hukuman itu? “Siapa sebenarnya anak ini?” pertanyaan itu menghatui diriku. Aku membatin, mengapa dia secerdas ini. Apakah ini malaikat yang dikirim tuhan dari langit untuk menghukumi aku. “ah… itu tidak mungkin” diriku yang lain mencoba membuatku kuat. Namun semakin lama ia berada di dekatku, aku semakin merasa lemas. Tak berdaya.
Seraya sambil berdiri anak itu berkata “kalau begitu pak” diraihnya karung yang tak penuh itu, lalu disandangkannya di pundaknya yang kurus seraya berkata “aku sudah tahu jawabannya”. Dia melangkah, menjauh. Aku berfikir, lama juga aku diam. Sampai rasa ingin tahu itu mendobrak-dobrak bibirku, dinding mulutku. Aku pun tak kuasa untuk meyekapnya lebih lama. Karena dia semakin berutal. Kemudian.
“Jawaban apa” suaraku memecah keheningan hari yang mulai gelap.
“Jawaban yang ingn aku ketahui, seperti yang bapak katakan tadi kepadaku” dia balas berteriak, karena dia kini telah jauh. Dia terus berjalan menunju kearah sisa-sisa sinar mentari yang masih tersisa. Entah mengapa aku ingin tahu nama anak itu.
“Nak namamu siapa” aku semakin lantang berkata.
Anak itu berhenti. Menoleh kearahku. Wajahnya yang tak tampak karena hari telah gelap tergambar jelas dibenakku. Bibirnya yang kecil membunyikan cicit yang tak jelas. Namun aku tahu namanya siapa? Sangat tahu! Tanpa harus mengulangi menanyai namanya siapa, dengan harapan dia akan memberitahukanku dengan suara yang lebih keras, kata-kata yang diucapkan anak itu benar-benar terdengar jelas. Sangat jelas! Entah mengapa aku merasa shock saat dia mengatakan satu kata itu. Benar-benar membuatku gentar, karena anak yang tak tahu dari mana datangnya  itu mengatakan bahwa namanya adalah  “DEMOKRASI”.