Page

Wednesday, June 26, 2013

#2: Indonesia Youth Media Camp 2013

Mata masih ngatuk, namun panitia IYMC2013 sudah datang membangunka. Teman sekamar juga sudah bangun. Dengan sedikit malas, saya melirik jam yang ada di handpone, menunjukan 30 menit lagi pukul 8. Ohhh.. memang sudah saatnya bangun, kegiatan akan dimulai pukul delapan. Dengan sedikit enggan menuju ke kamar mandi. Saya sudah dapat membayangkan bagaimana dinginnya air di Desa Wisata Penting Sari ini di pagi hari.




Di kamar mandi tidak mau berlama-lama, dinginnya membuat tubuh gemetar dan semua mengkerut (baca: kulit tangan). Setelah mandi langsung ganti pakaian dan minum teh hangat yang sudah disediakan oleh yang punya rumah (terima kasih ibu). Satu persatu teman-teman berdatangan, dan sebagian masih belum siap-siap. Ini benar sudah mau jam delapan kan? Kembali melirik jam. Iya benar! Wah, payah!


Sudah cukup lama kami bercakap-cakap, teh pun sudah habis bersama roti yang dihidangkan. Kami juga sudah beralih kemeja makan untuk sarapan, dan kembali ngobrol, namun panitia tak kunjung datang mengingatkan. Kemudian tersadar, jam di handphone masih waktu Palu, itu berarti lebih cepat satu jam dari jam Jawa, mati! Oke, thanks!

Hari ini hari ke dua, agenda Indonesia Youth Media Camp 2013 akan segera di mulai. Di awali dari senam pagi yang lebih tepat hanya lempar-lempar bola dan yang dilempar harus mengkap lalu memperkenalkan diri. Setelah itu, acarapun dimulai. Diawali dengan pembukaan dan setelah itu memasuki materi pertama yaitu Konteks Remaja di Indonesia dan Dunia Global dengan pembicara Awan Santoso. Mas Awan sendiri merupakan pendiri dan pengajar pada Sekolah Pasar, sebuah kegiatan yang melibatkan para pedagang kecil dengan tujuan saling share pengelolaan pasar lokal yang baik yang mampu bersaing dengan pasar global. Memproduksi produk sendiri dan menggunakannya, menjadi hal yang dapat memperkuat perekomomian rakyat.


Setelah itu, pembicara selanjutnya adalah Mas Febri Triyanto yang merupakan seorang interpreneur sukses dengan produk Tela-Telanya yang sudah memiliki gerai yang tersebar di beberapa kota di Indnonesia. Mas Febri berbagi cerita mengenai awal merintis bisnis Tela-Tela yang berbahan baku ketela. Diawali dari keterdesakan ekonomi, sehingga terbesit ide untuk dapat melakukan bisnis yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Lebih dari delapan tahun telah bergelut dengan berjualan ketela, dan saat ini pria yang bertubuh tambun ini telah dapat melihat kesuksesan dari kerja kerasnya. Dia berkisah bahwa pada awal memulai bisnisnya, dia mengalami penolakan karena menjual ketela yang pada dasarnya hanya merupakan bahan makanan yang terkesan 'muraha', namun sekarang tidak hanya sukses secara finansial, namun Mas Febri juga sukses menjadikan ketela menjadi makanan berkelas dan banyak disenangi oleh masyarakat Indonesia!

Alasan memilih ketela karena menurutnya ketela merupakan bahan baku yang mudah didaptkan dan sangat banyak di Indonesia tidak hanya di Jawa saja. Hal ini menjadi penting saat dia membuka cabang di kota-kota lain di seluruh Indonesia. Selain, mudah di dapatkan ketela juga merupakan bahan baku murah yang tidak terpengaruh inflasi. Jadi, harga bisa selalu stabil! Hebat...!!!

Setelah selesai icip-icip Tela-Tela dan dua produk baru yang sudah dilaunching dan memiliki rasa yang tak kalah enaknya dari Tela-Tela. Kami ishoma dan setelah itu berlanjut ke acara selanjutnya, yaitu Sharing Komunitas Sido Mulia yang dibawakan oleh Cahyo dan Ibu Warni. Ibu Warni sendiri merupakan pendiri dan juga merupakan petani teladan tingkat nasional. Selanjutnya, sharing Budaya dan Identitas oleh Zamzam Fauzanafi yang merupakan dosen antropologi dan pendiri Yayasan Kampung Halaman.

No comments:

Post a Comment