Page

Wednesday, July 9, 2014

Rakita Bandung, Radio Komunitas Yang Ketje!

Perjalanan ke Bandung kali ini bukan untuk traveling (walupun tetap menjurus kesana, hahaha), tapi untuk melakukan penelitian mengenai transformasi penyiaran publik dan komunitas dalam era digitalisasi penyiaran. Waktu itu saya bersama mahasiswa pasca Ilmu Komunikasi dan dosen UGM yang menjadi ketua penelitian ini, Hermin Indah Wahyuni, menuju Bandung pada pukul 10 dari Stasiun Tugu. Sampai disana tepat pukul 6 tanggal 23 Juni 2014. Merasa cukup beristirahat di kereta, pagi itu langsung kami putuskan berkunjung ke RRI dan TVRI Bandung. Tapi saya tidak akan bercerita mengenai hal itu, saya akan berbagi tentang Radio Komunitas Rakita Bandung atau @rakita1078fm yang Ketje banget, cuuyyy...!!!

Berfoto Bersama Mba Hermin di Radio Rakita Bandung, Narsis Time :D


Saat kami berkunjung ke radio komunitas ini di hari ketiga kami di Bandung, Kang Dadan menyambut kami dengan antusias. Sebelumnya saya sudah menghubungi Kang Dadan untuk menginformasikan rencana kami ingin main ke radio tersebut (awalnya saya memanggil dia Pak dan dia juga memanggil pak lewat sms, dan kamu berdua bukan bapak-bapak.. :D ).

Saat itu telah pukul 5 sore lewat sedikit, kami tiba setelah kesulitan mencari alamat radio yang berada di jalan tikukur tersebut. Berusaha melihat pemancar radio, namun itu tidak mungkin karena radio komutitas pemancarnya tidak boleh tinggi-tinggi amat, hal ini dikarenakan batasan jangkauan radio komunitas hanya 2.5 KM serta masih banyak lagi aturan yang membatasi radio komunitas yang diprediksikan akan membungkam mereka, Baca Ini!

Radio ini sudah berdiri selama 11 tahun. Selama itu mereka bertahan memalui pembiayaan yang diberikan oleh donatur. Kang Dadan menuturkan bahwa selama ini mereka bisa bertahan karena adanya kepedulian masyarakat sekitar akan eksistensi mereka dengan memberikan sokongan dana. Untuk mereka berupaya dengan memberikan siaran radio yang diinginkan oleh masyarakat Kelurahan Sadang Serang Kecamatan Coblong Bandung, Google Map!.


Kang Dadan bersama Mba Hermin dan Penyiaran Radio Rakita Lainnya! A lot of fun guys!

Mereka kemudian membuat program radio berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat. Hal yang mengagumkan cara mereka menyusun program bedasarkan hasil riset atas keinginan masyarakat. Jadi bisa dipastikan program yang disiarkan benar-benar sesuai keinginan masyarakat atau kelompok komunitasnya. Mereka mengudarakan program lagu-lagu bebahasa sudah, mereka juga sering menginformasikan harga sembako di pasar.

Radio ini juga telah banyak mendapatkan perhargaan baik dari Wali Kota Bandung mupun dari persatuan radio se-Indonesia. Keberadaan radio komunitas yang oke banget ini, tentu saja perlu perhatikan. Karena keuntungan dari adanya radio komunitas bagi masyarakat ialah Pertama, masyarakat memiliki media yang dapat menjadi sarana informasi bagi mereka. Bahkan bisa menjadi sarana bagi anak muda untuk berkreatifitas. Kedua, radio komunitas merupakan amat undang-undang penyiaran. Jadi sebagai warga negara kita patut melestarikannya bahkan meningkat jumlahnya. Ketiga, radio komunitas merupakan upaya melawan dominasi media nasional yang lebih ke "jakarta-jakartaan". Dengan adanya radio komunitas, masyarakat bisa mendapatkan keseimbangan siaran media, bahkan bisa mendapatkan edukasi dampak buruk media nasional.


Dua Penyiar Bertugas Mengudara dalam Program Bahasa Sunda, Radio Rakita Bandung
Namun, kendala besar yang dihadapi oleh radio komunitas ialah bahwa radio komunitas tidak didukung oleh regulasi yang baik. Regulasi yang ada cenderung membatasi keberadaan radio komunitas. Bahkan pemerintah masih kurang peduli dengan keberadaan radio ini. Kemudian, saat ini Indonesia telah mempersiapkan diri untuk bermigrasi ke penyiaran digital yang sebelumnya menggunakan penyiaran analog. Hal ini kurang disosialisasikan kepada radio komunitas. Sementara untuk melakukan perpidanhan tersebut, membutuhkan dana yang besar khususnya untuk radio sekelas komunitas. Mereka harus bisa mempersiapkan diri dari sekarang. Bahkan regulasi atas radio komunitas pada digitalisasi penyiaran masih belum mendapatkan perhatian yang besar.

Dari situ dapat kita simpulkan bahwa radio komunitas yang telah dibatasi dalam aturan yang ketat, jangkauan dan sumber dana yang tidak boleh dari iklan misalnya, butuh usaha yang keras untuk bertahan agar tetap mengudara. Kalau ini sebuah laga pertarungan siaran, maka lawan mereka adalah penyiaran swasta yang sudah sangat kuat mempengaruhi masyarakat yang sangat diuntungan dalam undang-undang penyiaran dan permen digitalisasi. Begitulah kondisi radio komunitas yang "faces the big company broadcasting" di Indonesia!


No comments:

Post a Comment